Wednesday, January 2, 2013

PERBANYAKAN ADENIUM DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            “Budaya cinta tanaman hias pada masyarakat dunia makin meluas” (Rukmana, 1997. p. 11). Budaya ini juga sudah menjamah masyarakat Indonesia. Jika kita memperhatikan keadaan di sekitar lingkungan kita, tidak jarang kita temui orang-orang yang mengkoleksi tanaman hias dengan berbagai jenisnya. Memelihara tanaman hias tampaknya sudah menjadi hobi bagi sebagian masyarakat. Mereka menjadi kreatif dalam merawat dan membudidayakan tanaman mereka.
Dalam membudidayakan tanaman hias, ada beberapa cara atau teknik yang bisa dilakukan. Hasil atau keluaran yang didapat dari setiap cara pembudidayaan tanaman hias ini adalah berbeda-beda. Jadi dalam memilih teknik membudidayakan atau mengembangbiakkan harus disesuaikan dengan hasil yang ingin diperoleh dan jenis tanaman yang akan dikembangbiakan. Misalnya saja jika kita ingin memperbanyak atau mengembangbiakkan Adenium (Kamboja Jepang), kita dapat menggunakan teknik biji, sambung, stek dan cangkok. Dari beberapa cara pembiakkan yang disebutkan tersebut, teknik sambung adalah teknik yang paling sering digunakan (http://bijiAdenium.com/propagation).
Teknik menyambung ini sering digunakan oleh para penggemar tanaman hias, terutama Adenium (Kamboja Jepang), untuk menyempurnakan keunikan Adenium mereka. (Yuliati & Ruwanto, 2008). Kita pasti sering memperhatikan bentuk-bentuk Adenium yang unik dan sangat menarik. Tentu saja Adenium-adenium tersebut tidak tumbuh seperti itu dengan sendirinya, tentunya Adenium tersebut disambung oleh pemiliknya untuk mendapatkan bentuk yang unik tersebut.
Dengan memiliki Adenium yang unik dan menarik, akan menjadi kepuasan bagi para penggemar tanaman hias. Dalam makalah ini akan dibahas lebih banyak tentang teknik menyambung tersebut, terutama teknik menyambung pada Adenium (Kamboja Jepang).

1.2  Rumusan Masalah
      Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.       
1.2.1  Apakah yang dimaksud dengan menyambung atau grafting?
1.2.2  Apakah keunggulan dan kelemahan dari menyambung atau grafting?
1.2.3  Bagaimanakah langkah-langkah menyambung Adenium?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1  Menjelaskan tentang menyambung atau grafting.
1.3.2  Memaparkan keunggulan dan kelemahan dari menyambung atau grafting.
1.3.3  Menjelaskan langkah-langkah menyambung Adenium.

1.4  Manfaat Penulisan
1.4.1  Bagi Lembaga
Dengan adanya makalah ini dapat menambah koleksi makalah yang ada di perpustakaan untuk dijadikan bahan bacaan, bahan skripsi dan tugas-tugas yang terkait dengan makalah ini.
1.4.2  Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam membuat tugas khususnya yang berkaitan dengan menyambung atau grafting.
1.4.3  Bagi Penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis dapat menambah wawasan mengenai pembuatan makalah dan menyambung atau grafting.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Menyambung (Grafting)
Penyambungan atau grafting banyak dilakukan orang untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif, artinya perbanyakan yang tidak melalui biji. Ini banyak dilakukan pada jenis tanaman keras atau perkebunan seperti durian, mangga, jeruk, jambu dan juga banyak dilakukan pada berbagai jenis tanaman hias. Kelihatannya tujuan utama dari perbanyakan melalui penyambungan adalah untuk memperoleh bibit dengan kualitas serta sifat-sifat yang sama dengan tanaman induknya.
Ada beberapa pengertian menyambung yang dapat dijelaskan disini. Menurut Ariyantoro (2006) penyambungan adalah menyatukan suatu pucuk atau batang (lebih dari satu mata tunas) yang telah dipisahkan atau dipotong dari tanaman induk dengan tanaman lain yang masih mempunyai perakaran. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa menyambung adalah menggabungkan dua macam tanaman yang memiliki  kekerabatan yang dekat (Forum Tentor, 2009). Sumber lain yang menyatakan bahwa menyambung atau grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2114649-pengertian-grafting/#ixzz1Pc5FgAhH).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpukan bahwa menyambung atau grafting adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menyatukan batang atas dan batang bawah dari tanaman yang berbeda jenisnya, tetapi masih mempunyai kekerabatan yang dekat.
Secara garis besar penyambungan dapat dibagi menjadi tiga golongan (Santoso, dkk).
·         Sambung pucuk atau enten (grafting atau scion grafting).
·         Sambung susuan (grafting by approach atau inarching), yaitu batang dan batang bawah masih tumbuh dengan akar masing-masing.
·         Sambung mata tunas (menempel atau okulasi). Cara ini lebih tepat disebut menempel daripada menyambung.
Menurut Djoemairi (2006), adapun alasan dan tujuan menyambung yang dilakukan pada berbagai jenis tanaman adalah:
·         Memperoleh bibit dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat
·         Memperoleh bibit atau tanaman dengan hasil dn kualitas yang sama dengan kualitas tanaman induknya
·         Membentuk atau memperindah body dan penampilan tanaman
·         Membentuk atau menambah percabangan
·         Mempercepat pertumbuhan batang atas
·         Menyelamatkan tanaman yang dalam keadaan sakit,tidak sehat, atau mengalami busuk akar atau bonggol
·         Mengganti jenis bunga (batang atas) dengan jenis lain apabila diperlukan
·         Membentuk atau membuat kreasi atau “karya seni” tanaman, misalnya dengan melakukan penyambungan pada akar atau bonggol.

2.2  Keunggulan dan Kelemahan dari Menyambung atau Grafting
Menurut Suwandi (2005), keunggulan dan kelemahan dari menyambung dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.2.1     Keunggulan Menyambung atau Grafting
·         Mengekalkan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan pada pembiakan vegetatif lainnya seperi stek, cangkok, dll
·         Bisa memperoleh tanaman yang kuat karena batang bawahnya tahan terhadap keadaan tanah yang tidak menguntungkan, temperature yang rendah, atau gangguan lain yang terdapat dalam tanah
·         Memperbaiki jenis-jenis tanaman yang telah tumbuh, sehingga jenis yang tidak diinginkan dapat diubah dengan jenis yang dikehendaki
·         Dapat mempercepat berbuahnya tanaman (untuk tanaman buah-buahan) dan mempercepat pertumbuhan pohon dan kelurusan batang (jika tanaman kehutanan).

2.2.2     Kelemahan Menyambung atau Grafting
·         Bagi tanaman kehutanan, kemungkinan jika pohon sudah besar gampang patah jika ditiup angin kencang
·         Tingkat keberhasilannya rendah jika tidak cocok antara batang atas dan batang bawah

2.3  Langkah-langkah Menyambung Adenium
Pada Adenium, penyambungan biasanya dilakukan untuk menghasilkan satu Adenium dengan warna atau jenis bunga yang berbeda. Misalnya Adenium yang berwarna putih disambung dengan Adenium yang berwarna merah. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau saat kelembapan udara tidak terlalu tinggi. Namun, penyambungan bisa saja dilakukan pada musim hujan asalkan dilakukan di dalam ruangan tertutup seperti green house (Yuliati & Ruwanto, 2008).
v  Langkah-langkah Menyambung Adenium
Menurut Suwandi, sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
a.    Batang bawah (rootstock) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
·      Mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau grafting) dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik.
·      Mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang ada didalam tanah.
·      Kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama dengan batang atas.
·      Tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam kualitas maupun kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan.
·      Mempunyai batang yang kuat dan kokoh.
b.   Batang atas (Scion) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
·      Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari serangan hama dan penyakit.
·      Bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah. Diameter  paling besar ± 1 cm.
·      Cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk tanaman buah-buahan) berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter cepat (jika jenis tanaman kehutanan).
·      Bisa menyesuaikan diri dengan batang bawah sehingga sambungan kompatibel.
c.    Pemilihan Scion (batang atas)
·      Pemilihan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat, yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki.
·      Pilih cabang muda yang mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum digunakan berdiameter kuran lebih 1 cm.
·      Hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan.
·      Pilih cabang yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena serangan hama.
·      Usahakan pengamanan scion pada pagi hari sebelum tengah hari.

Setelah semua persyaratan yang disebutkan di atas terpenuhi, penyambungan siap dilakukan. Adapun alat dan bahan serta langkah-langkah penyambungan yang telah dilakukan oleh penulis adalah:
v  Alat dan Bahan
·      Alat
1.      Gunting
2.      Pisau
3.      Papan kayu untuk alas pemotongan scion
·      Bahan
1.      Tali raffia atau selotip
2.      Kantong plastik

v  Langkah Penyambungan
Di bawah ini adalah rincian pelaksanaan kegiatan penyambungan atau grafting yang telah dilaksanakan oleh penulis.
a.       Potong scion secara rapi, dengan mata tunas dua atau tiga mata tunas kemudian sayat miring pangkal scion dan usahakan dalam penyayatan jangan sampai berulang-ulang.







b.      Potong rootstock pada tempat yang tepat sesuai dengan sambungan yang diinginkan
 








c.       Sambungkan scion pada rootstock dengan memperhatikan apakah kambium scion dan kambium rootstock telah saling berlekatan, bila batang bawah tidak sama besar dengan batang atas, maka salah satu sisinya diusahakan berimpit (satu- garis) supaya kambium bisa bersatu,

 







d.      Ikat sambungan dengan selotip atau  atau tali rafia, sehingga kambiumnya dapat melekat erat.









e.       Setelah itu sambungan dibungkus kantong plastik  yang transparan bening, yaitu untuk menjaga kestabilan suhu.








v  Hasil Penyambungan Adeium
Setelah penulis melakukan penyambungan pada Adenium, hasil yang didapatkan adalah sambungan Adenium tumbuh dengan baik, dengan kata lain penyambungan Adenium yang dilakukan oleh penulis berhasil.
       Tunas yang baru tumbuh

Menurut Suwandi, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan adalah:
1.   Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.
2.   Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.
3.   Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.
4.   Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.
5.   Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.
6.   Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.
7.   Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.



BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan
Menyambung atau grafting adalah teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menyatukan batang atas dan batang bawah dari tanaman yang berbeda jenisnya, tetapi masih mempunyai kekerabatan yang dekat. Pembiakkan dengan cara menyambung ini mempunyai kelemahan dan kekurangannya sendiri. Tujuan utama dari perbanyakan melalui penyambungan adalah untuk memperoleh bibit dengan kualitas serta sifat-sifat yang sama dengan tanaman induknya. Banyak tanaman yang bisa disambung, salah satunya adalah Adenium.
Sebelum melakukan penyambungan pada Adenium, banyak hal yang perlu diperhatikan agar penyambungan berhasil. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah menyiapkan  batang atas (scion) dan batang bawah (rootstock) yang sesuai agar sambungan yang dibuat dapat tumbuh sesuai dengan keinginan. Setelah penulis melakukan penyambungan pada Adenium, hasil yang didapatkan adalah sambungan Adenium tumbuh dengan baik, dengan kata lain penyambungan Adenium yang dilakukan oleh penulis berhasil.

3.2    Saran
Jika ingin mendapatkan sebuah Adenium yang tumbuh dengan baik sesuai keinginan, disarankan menggunakan teknik menyambung. Dengan teknik menyambung, akan dihasilkan sebuah Adenium yang unik dan menarik.

METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU




METODE ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU

OLEH :
                      Ni Kadek Indrayati                             ( 1011031022 )
                      Ni Made Ayu Wisnawati                    ( 1011031057 )
                      Ni Luh Putu Evytasari Pebriani        ( 1011031058 )
                      Pande Adi Putra                                 (0911031627)
                      Sang Made Nata Putra Atmaja         (0911031642)




PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2011




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
            Tuhan telah menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, ciri khusus tersebut adalah kemampuan untuk berpikir  (homo sapiens).
Manusia dengan berbagai fenomena alam tidak dapat dipisahkan. Perkembangan alam pikiran manusia telah berkembang sejak lama, dimana manusia akan selalu merasa ingin tahu dan akan berusaha untuk mencari tahu jawaban dari rasa ingin tahunya tersebut. Manusia dengan akal pikirannya yang berbeda-beda akan mencoba mencari pemecahan permasalahan dengan cara yang beragam. Ada yang mencari jawaban dengan cara menduga-duga atau berpikir secara subjektif dan ada juga yang menggunakan akal pikirannya untuk berfikir secara logis dan objektif.
            Berbagai ilmu pengetahuan pada waktu yang akan datang dapat digunakan sebagai wahana untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan. Baik itu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu lainnya akan sangat membantu manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul. Akan banyak sekali muncul pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan-perubahan dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan ini. Pertanyaan tersebut merupakan suatu pertanda adanya masalah dan akan meningkat frekuensinya pada waktu yang akan datang dibanding dengan pada saat ini.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi solusi untuk pemecahan masalah-masalah tersebut harus ditemukan dan diinformasikan kepada masyarakat. Apalagi di era globlasasi seperti saat ini, masyarakat perlu mendapatkan informasi-informasi yang cukup dan memuaskan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai metode ilmiah dan implementasinya dalam pengembangan ilmu.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan metode ilmiah?
1.2.2        Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam metode ilmiah?
1.2.3        Apakah yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah?
1.2.4        Bagaimanakah implementasi metode ilmiah terhadap pengembangan ilmu?

1.3  TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1        Menjelaskan mengenai metode ilmiah.
1.3.2        Menjelaskan mengenai tahapan-tahapan dalam metode ilmiah.
1.3.3        Menjelaskan mengenai kebenaran ilmiah.
1.3.4        Menjelaskan implementasi metode ilmih terhadap pangembangan ilmu.

1.4  MANFAAT PENULISAN
1.4.1        Bagi Universitas
Dengan adanya makalah ini dapat menambah koleksi makalah yang ada di perpustakaan untuk dijadikan bahan bacaan, bahan skripsi dan tugas-tugas yang terkait dengan makalah ini.
1.4.2        Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam membuat tugas khususnya yang berkaitan dengan metode ilmiah.
1.4.3        Bagi Penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis dapat menambah wawasan mengenai pembuatan makalah dan metode ilmiah.




BAB II
PEMBAHASAN


2.1 PENGERTIAN METODE ILMIAH
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang merupakan gabungan dari kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Metode ilmiah berarti cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
           Menurut Almadk (1939), metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh suatu interelasi. Sedangkan menurut Suastra, I Wayan (2005) menyatakan bahwa metode ilmiah adalah cara dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah, yang merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris.
 Jadi metode ilmiah adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis.

2.1.1   Ciri-ciri metode ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Ø  Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, yakni kesuaiannya atau kebenarannya dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiris.
Ø  Metodik, yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu, teratur dan terkontrol.
Ø  Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri.
Ø  Berlaku umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang, dengan cara ekperimen yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau konsisten sifatnya.

2.2 TAHAPAN-TAHAPAN METODE ILMIAH
1)      Observasi atau Pengamatan
Penelitian ilmiah biasanya dimulai dengan observasi dari sebuah kejadian yang tidak dapat dijelaskan dan kejadiannya berulang-ulang. Semua informasi yang diperoleh melalui hasil observasi dari suatu kejadian disebut petunjuk empiris.
2)       Perumusan masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk memperjelas luas masalah yang dibahas. Masalah yang dijelaskan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah dan umumnya rumusan masalah berkenaan dengan pertanyaan apa, bagaimana, kapan, dimana, siapa, dan mengapa masalah tersebut yang diteliti.
3)      Penyusunan kerangka berpikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk kostelasi permasalahan, yang disusun secara rasionil berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.
4)      Pengajuan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoritis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis ada dua macam, yaitu hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh dari variabel manipulasi terhadap respons dan hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel manipulasi terhadap variabel respons.
5)      Prediksi atau Peramalan
Prediksi merupakan tindakan untuk membuat ramalan atau proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul dari kegiatan ilmiah yang  dilakukan.
6)      Pengujian hipotesis atau Eksperimen
Eksperimen adalah usaha sistematis yang dilakukan oleh saintis yang sengaja dibuat dan diatur untuk membuat memperoleh petunjuk empiris yang sahih dan reliable (terpecaya), namun sebelum bereksperimen, seorang saintis terlebih dahulu perlu menyusun perencanaan tentang eksperimen yang dilakukan.
7)      Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian yang diterima atau tidaknya sebuat hipotesis. Dalam membuat kesimpulan seorang peneliti harus lepas dari unsur subjektif dan tetap berpedoman pada pandangan objektif yang berdasar pada hasil penelitian. Kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat mendukung hipotesis maupun menolak hipotesis.
Jika beberapa hasil penelitan tetap memberikan dukungan kepada hipotesis, maka hipotesis terangkat lebih tinggi menjadi suatu teori. Jika pengujian terhadap teori tersebut tidak terbantah , maka teori akan menjadi suatu hukum ilmiah.
8)      Publikasi
Suatu temuan tidak akan ada artinya jika temuan yang diperoleh tidak dikomunikasikan ke masyarakat ilmiah. Baberapa bentuk komunikasi ilkiah yang dilakukan adalah berupa laporan ilmiah maupun seminar ilmiah.            
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah karena langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah yang lain. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.  

Observasi
Data Awal

 

Hipotesis

Eksperiment
Hasil Eksperimen
Kesimpulan



Teori


Gambar 1. Diagram Metode Ilmiah

2.3 KEBENARAN ILMIAH
Kebenaran merupakan tujuan dari setiap pengetahuan dan ilmu. Kebenaran yang dituju oleh ilmu ialah kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan yakni metologi ilmiah.

2.3.1    Ada tiga teori utama tentang kebenaran yaitu sebagai berikut.
Ø  Teori Korespondensi
Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi benar kalau prosisi itu sesuai dengan fakta. Kalau saya mengatakan bahwa salju berwarna putih, pernyataan itu benar jika fakta menunjukkan bahwa salju bewarna putih.
Ø  Teori Koherensi
Para penganut teori koherensi mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika proposisi itu koheren dengan proposisi-proposisi lain yang sebelumnya dianggap benar. Bila kita menganggap bahwa “semua manusia akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan “ani adalah seorang manusia dan ani pasti akan mati” adalah pernyataan yang benar pula, karena pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
Ø  Teori Pragmatis
Teori ini dikembangkan oleh Charles S Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahnya yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul How to Make Our Ideas Clear. Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika dilihat dari realisasi proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekuensi. Kata kunci untuk teori pragmatis adalah “dapat dilaksanakan” dan “berguna”. Teori ini mengatakan bahwa benar-tidaknya sesuatu bergantung pada dapat-tidaknya proposisi dilaksanakan dan apakah proposisi itu berguna. Sebagai contoh : seorang ahli mencoba teori belajar X dalam kelas, ternyata dengan menerapkan teori tersebut maka prestasi belajar anak meningkat. Teori ini dianggap benar sebab ini adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.

2.3.2          Tiga Jenis Kebenaran
                  Ada tiga jenis kebenaran yaitu sebagai berikut.
Ø  Kebenaran Epistemologis (kebenaran Logis)
Yang dipersoalkan di sini adalah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau kapan sebuah pengetahuan disebut pengetahuan yang benar? Jawabannya adalah apabila yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan yang ada dalam objek.
Ø  Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari objek. Misalnya, kita mengatakan batu adalah benda padat yang keras. Ini sebuah kebenaran ontologis, sebab batu pada hakikatnya benda padat yang sangat keras.
Ø  Kebenaran Semantik
Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Ini tergantung pada kebebasan menusia sebagai mahkluk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
2.3.3          Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah
Ø  Bersifat objektif
Bersifat objektif artinya kebenaran sebuah teori ilmiah harus di dukung oleh kenyataan objektif atau fakta, bukan bersifat subjektif
Ø  Bersifat universal
Bersifat universal karena kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuan-ilmuan di bidangnya.
Ø  Bersifat relatif
Ilmu dan teknologi mengalami perkembangan tidak sekaligus dan final, tetapi tahap demi tahap,  yang sering  lebih sering disebut kebenaran sementara (Tim UGM, 121-123). Sebagai contoh,  suatu teori yang dianggap benar suatu waktu akan gugur oleh hasil penemuan baru. Dalam kasus seperti ini dilakukan penelitian ulang dan pengkajian yang mendalam. Apabila penemuan baru (yang menolak kebenaran lama) bisa dibuktikan kebenarannya, maka kebenaran yang lama harus ditinggalkan dan membutuhkan konvensi para ilmuan.

2.4 IMPLEMENTASI METODE ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN   ILMU

           Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, maupun prinsip. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Salah satu bentuk pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang sering disebut ilmu. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu teori korespondensi dan koherensi.
           Korespondensi dan koherensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh dan melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasi oleh cara berpikir rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui suatu  penelitian .
           Penelitian sebagai upaya memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting, yaitu pengamatan dan penalaran. Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran, maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empiris (berdasarkan fakta).
Metode ilmiah boleh dikatakan merupakan sutu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur dalam pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah memiliki hubungan yang sangat dekat. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan illmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah karena penemuan ilmiah tersebut telah tersusun secara sistematis.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
              Metode ilmiah merupakan merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis. Metode ilmiah bersifat objektif, metodik, sistematik, serta berlaku umum (generalisasi).
              Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ilmiah meliputi: observasi atau pengamatan, perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, menentukan hipotesis, prediksi atau peramalan, pengujian hipotesis atau eksperimen, penarikan kesimpulan, serta publikasi.
              Ada tiga teori kebenaran dalam berpikir ilmiah, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatisme. Ilmu-ilmu alam pada umumnya menuntut kebenaran yang korespondensi karena fakta- fakta objektif sangat dituntut terhadap setiap pernyataan.
              Metode ilmiah merupakan suatu langkah terhadap pengejaran kebenaran yang ditur dalam pertimbangan-pertimbangan logis. Metode ilmiah tidak saja berguna dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.
3.2 Saran
               Dengan mengetahui tentang metode ilmiah dan tahapan-tahapan dalam metode ilmiah, dapat kita pergunakan sebagai bekal dalam penelitian yang akan kita gunakan nantinya. Tampaknya dengan perkembangan alam pikiran yang semakin luas, manusia tidak akan berhenti berpikir dan mencari tahu tentang suatu kebenaran, sehingga pembuktian ilmiah sangat diperlukan untuk membuktikan keingintahuan manusia akan kebenaran tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Aryana, Ida Bagus Putu.dkk.2005. Ilmu Alamiah Dasar. Singaraja:Undiksha
Sudjadi, Bagod.2007. Biologi untuk SMA Semester Pertama. Jakarta:Yudistira
Aryulina, Diah.2006.Biologi SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:Erlangga