METODE
ILMIAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENGEMBANGAN ILMU
OLEH :
Ni Kadek Indrayati ( 1011031022 )
Ni
Made Ayu Wisnawati (
1011031057 )
Ni Luh Putu Evytasari
Pebriani ( 1011031058 )
Pande
Adi Putra
(0911031627)
Sang
Made Nata Putra Atmaja
(0911031642)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tuhan
telah menciptakan manusia dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk
lainnya. Manusia memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, ciri
khusus tersebut adalah kemampuan untuk berpikir (homo
sapiens).
Manusia dengan berbagai
fenomena alam tidak dapat dipisahkan. Perkembangan alam pikiran manusia telah
berkembang sejak lama, dimana manusia akan selalu merasa ingin tahu dan akan
berusaha untuk mencari tahu jawaban dari rasa ingin tahunya tersebut. Manusia
dengan akal pikirannya
yang berbeda-beda akan mencoba mencari pemecahan permasalahan dengan cara yang
beragam. Ada yang mencari jawaban dengan cara menduga-duga atau berpikir secara
subjektif dan ada juga yang menggunakan akal pikirannya untuk berfikir secara
logis dan objektif.
Berbagai
ilmu pengetahuan pada waktu yang akan datang dapat digunakan sebagai wahana
untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan. Baik
itu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu lainnya akan sangat membantu manusia dalam
memecahkan masalah-masalah yang muncul. Akan banyak sekali muncul pertanyaan
yang berkaitan dengan perubahan-perubahan dan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam kehidupan ini. Pertanyaan tersebut merupakan suatu pertanda adanya
masalah dan akan meningkat frekuensinya pada waktu yang akan datang dibanding
dengan pada saat ini.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi solusi untuk pemecahan
masalah-masalah tersebut harus ditemukan dan diinformasikan kepada masyarakat.
Apalagi di era globlasasi seperti saat ini, masyarakat perlu mendapatkan
informasi-informasi yang cukup dan memuaskan. Oleh karena itu, pada makalah ini
akan dijelaskan mengenai metode ilmiah dan implementasinya dalam pengembangan
ilmu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan metode
ilmiah?
1.2.2
Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam
metode ilmiah?
1.2.3
Apakah yang dimaksud dengan kebenaran
ilmiah?
1.2.4
Bagaimanakah implementasi metode ilmiah
terhadap pengembangan ilmu?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
Menjelaskan mengenai metode ilmiah.
1.3.2
Menjelaskan mengenai tahapan-tahapan
dalam metode ilmiah.
1.3.3
Menjelaskan mengenai kebenaran ilmiah.
1.3.4
Menjelaskan implementasi metode ilmih
terhadap pangembangan ilmu.
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.4.1
Bagi Universitas
Dengan adanya makalah ini dapat menambah koleksi
makalah yang ada di perpustakaan untuk dijadikan bahan bacaan, bahan skripsi
dan tugas-tugas yang terkait dengan makalah ini.
1.4.2
Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam membuat
tugas khususnya yang berkaitan dengan metode ilmiah.
1.4.3
Bagi Penulis
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis dapat menambah
wawasan mengenai pembuatan makalah dan metode ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN METODE ILMIAH
Kata
metode berasal dari bahasa Yunani methodos
yang merupakan gabungan dari kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan
kata benda hodos (jalan, cara, arah). Metode ilmiah berarti cara bertindak
menurut sistem aturan tertentu.
Menurut Almadk (1939), metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan
kebenaran. Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran
terhadap sesuatu untuk memperoleh suatu interelasi. Sedangkan menurut Suastra,
I Wayan (2005) menyatakan bahwa metode ilmiah adalah cara dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah, yang merupakan sintesis antara berpikir rasional dan
bertumpu pada data empiris.
Jadi metode ilmiah adalah suatu cara yang
digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai
fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis.
2.1.1 Ciri-ciri metode ilmiah
Pengetahuan
yang diperoleh melalui metode ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Ø Objektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, yakni kesuaiannya atau
kebenarannya dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiris.
Ø Metodik,
yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu,
teratur dan terkontrol.
Ø Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri.
Ø Berlaku
umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang, dengan cara
ekperimen yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau konsisten
sifatnya.
2.2 TAHAPAN-TAHAPAN METODE ILMIAH
1)
Observasi atau Pengamatan
Penelitian
ilmiah biasanya dimulai dengan observasi dari sebuah kejadian yang tidak dapat dijelaskan
dan kejadiannya berulang-ulang. Semua informasi yang diperoleh melalui hasil
observasi dari suatu kejadian disebut petunjuk empiris.
2)
Perumusan
masalah
Perumusan
masalah bertujuan untuk memperjelas luas masalah yang dibahas. Masalah yang
dijelaskan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah dan umumnya rumusan
masalah berkenaan dengan pertanyaan apa, bagaimana, kapan, dimana, siapa, dan
mengapa masalah tersebut yang diteliti.
3)
Penyusunan kerangka berpikir
Kerangka
berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk kostelasi
permasalahan, yang disusun secara rasionil berdasarkan premis ilmiah yang telah
teruji kebenarannya.
4)
Pengajuan hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoritis dan mengkaji hasil-hasil
penelitian sebelumnya. Hipotesis ada dua macam, yaitu hipotesis alternatif,
yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh dari variabel manipulasi
terhadap respons dan hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak
adanya pengaruh antara variabel manipulasi terhadap variabel respons.
5)
Prediksi atau Peramalan
Prediksi
merupakan tindakan untuk membuat ramalan atau proyeksi mengenai
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul dari
kegiatan ilmiah yang dilakukan.
6)
Pengujian hipotesis atau Eksperimen
Eksperimen
adalah usaha sistematis yang dilakukan oleh saintis yang sengaja dibuat dan
diatur untuk membuat memperoleh petunjuk empiris yang sahih dan reliable
(terpecaya), namun sebelum bereksperimen, seorang saintis terlebih dahulu perlu
menyusun perencanaan tentang eksperimen yang dilakukan.
7)
Penarikan kesimpulan.
Penarikan
kesimpulan merupakan penilaian yang diterima atau tidaknya sebuat hipotesis.
Dalam membuat kesimpulan seorang peneliti harus lepas dari unsur subjektif dan
tetap berpedoman pada pandangan objektif yang berdasar pada hasil penelitian.
Kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat mendukung hipotesis maupun menolak
hipotesis.
Jika
beberapa hasil penelitan tetap memberikan dukungan kepada hipotesis, maka
hipotesis terangkat lebih tinggi menjadi suatu teori. Jika pengujian terhadap
teori tersebut tidak terbantah , maka teori akan menjadi suatu hukum ilmiah.
8)
Publikasi
Suatu
temuan tidak akan ada artinya jika temuan yang diperoleh tidak dikomunikasikan
ke masyarakat ilmiah. Baberapa bentuk komunikasi ilkiah yang dilakukan adalah
berupa laporan ilmiah maupun seminar ilmiah.
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar
suatu penelaahan dapat disebut ilmiah karena langkah yang satu merupakan
landasan bagi langkah yang lain. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam
proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam
mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.
Observasi
|
Data
Awal
|
Hipotesis
|
Eksperiment
|
Hasil Eksperimen
|
Kesimpulan
|
Teori
|
Gambar 1. Diagram Metode Ilmiah
2.3
KEBENARAN ILMIAH
Kebenaran merupakan
tujuan dari setiap pengetahuan dan ilmu. Kebenaran yang dituju oleh ilmu ialah
kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang
keilmuan yakni metologi ilmiah.
2.3.1 Ada tiga teori utama tentang kebenaran yaitu
sebagai berikut.
Ø Teori
Korespondensi
Teori
ini dikembangkan oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori ini mengatakan bahwa
suatu proposisi benar kalau prosisi itu sesuai dengan fakta. Kalau saya
mengatakan bahwa salju berwarna putih, pernyataan itu benar jika fakta menunjukkan
bahwa salju bewarna putih.
Ø Teori
Koherensi
Para
penganut teori koherensi mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika proposisi
itu koheren dengan proposisi-proposisi lain yang sebelumnya dianggap benar. Bila
kita menganggap bahwa “semua manusia akan mati” adalah suatu pernyataan yang
benar, maka pernyataan “ani adalah seorang manusia dan ani pasti akan mati”
adalah pernyataan yang benar pula, karena pernyataan kedua konsisten dengan
pernyataan pertama.
Ø Teori
Pragmatis
Teori
ini dikembangkan oleh Charles S Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalahnya yang
terbit pada tahun 1878 yang berjudul How
to Make Our Ideas Clear. Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu
proposisi benar jika dilihat dari realisasi proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya
tergantung pada konsekuensi. Kata kunci untuk teori pragmatis adalah “dapat
dilaksanakan” dan “berguna”. Teori ini mengatakan bahwa benar-tidaknya sesuatu bergantung
pada dapat-tidaknya proposisi dilaksanakan dan apakah proposisi itu berguna.
Sebagai contoh : seorang ahli mencoba teori belajar X dalam kelas, ternyata
dengan menerapkan teori tersebut maka prestasi belajar anak meningkat. Teori
ini dianggap benar sebab ini adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.
2.3.2 Tiga Jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran yaitu
sebagai berikut.
Ø Kebenaran
Epistemologis (kebenaran Logis)
Yang
dipersoalkan di sini adalah apa artinya pengetahuan yang benar? Atau kapan
sebuah pengetahuan disebut pengetahuan yang benar? Jawabannya adalah apabila
yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan yang ada dalam objek.
Ø Kebenaran
Ontologis
Kebenaran
ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari objek. Misalnya, kita
mengatakan batu adalah benda padat yang keras. Ini sebuah kebenaran ontologis,
sebab batu pada hakikatnya benda padat yang sangat keras.
Ø Kebenaran
Semantik
Kebenaran
ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Ini tergantung pada kebebasan menusia
sebagai mahkluk yang bebas melakukan sesuatu. Bahasa merupakan ungkapan dari
kebenaran.
2.3.3 Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah
Ø Bersifat
objektif
Bersifat
objektif artinya kebenaran sebuah teori ilmiah harus di dukung oleh kenyataan
objektif atau fakta, bukan bersifat subjektif
Ø Bersifat
universal
Bersifat universal karena kebenaran
ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuan-ilmuan di bidangnya.
Ø Bersifat
relatif
Ilmu
dan teknologi mengalami perkembangan tidak sekaligus dan final, tetapi tahap
demi tahap, yang sering lebih sering disebut kebenaran sementara (Tim
UGM, 121-123). Sebagai contoh, suatu
teori yang dianggap benar suatu waktu akan gugur oleh hasil penemuan baru.
Dalam kasus seperti ini dilakukan penelitian ulang dan pengkajian yang
mendalam. Apabila penemuan baru (yang menolak kebenaran lama) bisa dibuktikan
kebenarannya, maka kebenaran yang lama harus ditinggalkan dan membutuhkan
konvensi para ilmuan.
2.4
IMPLEMENTASI METODE ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN
ILMU
Rasa ingin tahu merupakan salah satu
sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia untuk
mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki
pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, maupun prinsip. Pengetahuan dapat
dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Salah satu bentuk pengetahuan yang dimiliki manusia adalah
pengetahuan ilmiah yang sering disebut ilmu.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat
disebut ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis
yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu teori korespondensi dan koherensi.
Korespondensi dan koherensi mendasari
bagaimana ilmu diperoleh dan melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah.
Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasi
oleh cara berpikir rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan
fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui suatu penelitian .
Penelitian sebagai upaya memperoleh
kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka
landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting, yaitu pengamatan dan
penalaran. Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan
ingin diterima sebagai suatu kebenaran, maka pernyataan tersebut harus dapat
diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empiris (berdasarkan fakta).
Metode ilmiah boleh dikatakan merupakan sutu
pengejaran terhadap kebenaran yang diatur dalam pertimbangan-pertimbangan
logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang
sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak mencari jawaban
tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena
itu, penelitian dan metode ilmiah memiliki hubungan yang sangat dekat.
Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu
pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan illmiah
tersebut kepada masyarakat ilmiah karena penemuan ilmiah tersebut telah
tersusun secara sistematis.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Metode ilmiah merupakan merupakan
suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta)
tentang berbagai fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis,
objektif dan logis. Metode ilmiah bersifat objektif, metodik, sistematik, serta
berlaku umum (generalisasi).
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam metode ilmiah meliputi: observasi atau pengamatan, perumusan masalah,
penyusunan kerangka berpikir, menentukan hipotesis, prediksi atau peramalan,
pengujian hipotesis atau eksperimen, penarikan kesimpulan, serta publikasi.
Ada
tiga teori kebenaran dalam berpikir ilmiah, yaitu teori koherensi, teori
korespondensi, dan teori pragmatisme. Ilmu-ilmu alam pada umumnya menuntut
kebenaran yang korespondensi karena fakta- fakta objektif sangat dituntut
terhadap setiap pernyataan.
Metode
ilmiah merupakan suatu langkah terhadap pengejaran kebenaran yang ditur dalam
pertimbangan-pertimbangan logis. Metode ilmiah tidak saja berguna dalam proses
penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam
mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.
3.2 Saran
Dengan mengetahui tentang metode ilmiah dan
tahapan-tahapan dalam metode ilmiah, dapat kita pergunakan sebagai bekal dalam
penelitian yang akan kita gunakan nantinya. Tampaknya dengan perkembangan alam
pikiran yang semakin luas, manusia tidak akan berhenti berpikir dan mencari
tahu tentang suatu kebenaran, sehingga pembuktian ilmiah sangat diperlukan
untuk membuktikan keingintahuan manusia akan kebenaran tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Aryana,
Ida Bagus Putu.dkk.2005. Ilmu Alamiah
Dasar. Singaraja:Undiksha
Sudjadi,
Bagod.2007. Biologi untuk SMA Semester
Pertama. Jakarta:Yudistira
Aryulina,
Diah.2006.Biologi SMA dan MA untuk Kelas
X. Jakarta:Erlangga
No comments:
Post a Comment